Perempuan Indonesia dan Spirit Kartini: Melawan Ketidaksetaraan

Nasional22 Dilihat

Jakarta, Kilasinspirasi.my.id- R.A. Kartini adalah ibu bagi semua perempuan Indonesia yang telah menjemput terang dan menginspirasi perempuan Indonesia hingga hari ini. Semangat emansipasi yang diperjuangkannya bukan hanya tentang kesetaraan, tetapi tentang keadilan dan hak perempuan untuk berkembang pada Senin, 21 April 2025.

Perjuangan perempuan masih terus berlanjut hingga hari ini. Banyak perempuan yang suaranya dibungkam, mimpinya dibatasi, dan langkahnya ditahan oleh hierarki gender yang mengakar dalam kehidupan sosial masyarakat.

Kartini mempresentasikan keberanian dalam menyerukan dan melontarkan kritikan kepada apapun yang membatasi keadilan dan hak perempuan. Ia bukan hanya tokoh sejarah, tetapi simbol perlawanan terhadap dominasi yang menindas perempuan melalui struktur kekuasaan yang tidak adil.

“Hingga sekarang, perjuangan perempuan belum usai masih banyak perempuan yang suaranya di bungkam, mimpinya dibatasi dan langkahnya ditahan. Kita adalah kartini bagi diri sendiri dan semua perempuan. Sosok Kartini mempresentasikan keberanian dalam menyerukan dan melontarkan kritikan kepada apapun yang membatasi keadilan dan hak perempuan. Kartini pernah mengatakan bahwa bukanlah laki-laki yang hendak kami lawan, tetapi adat usang dan kolot. Saat ini, tantangan terbesar perempuan adalah hierarki gender yang mengakar dalam kehidupan sosial masyarakat yang menjadikan laki-laki sebagai pemimpin dominan dan perempuan diposisi subordinat yang peran dan ruangnya selalu dikontrol dan dibatasi oleh hegemoni maskulinitas,” tulis vanny melalui pesan whatsapp.

Dirinya juga berharap, perempuan masa kini harus terus menyala sebagaimana terang itu terbit oleh ibu kita R.A. Kartini. Tetap tumbuh, bertahan, dan menjaga terang itu tetap bersinar dan tidak akan pernah padam. Kekuatan terbesar untuk melawan hegemoni patriarki adalah ada pada diri perempuan itu sendiri.

“Sebagai perempuan yang belajar Ilmu Politik saya memandang Kartini bukan sekadar tokoh sejarah. Ia adalah simbol perlawanan terhadap dominasi. Terutama dominasi yang menindas perempuan melalui struktur kekuasaan yang tidak adil. Kartini menulis bukan hanya untuk didengar tapi untuk mengguncang nalar kekuasaan kolonial dan patriarki yang membungkam suara Perempuan,”tutup vanny

Penulis: Vanny Nabus

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *