Kilasinspirasi.my.id-Jakarta, 26 Maret 2025 – Dalam perjalanan hidup, cinta sering kali dianggap sebagai satu pilihan mutlak. Namun, di tengah kompleksitas hubungan asmara, banyak orang menghadapi dilema: apakah cinta sejati hanya bisa diberikan kepada satu orang, atau justru merupakan siklus berulang dari hasrat yang terus berubah?
Beberapa kisah asmara berakhir dalam kebahagiaan, sementara yang lain terjebak dalam ketidakpastian. Fenomena seperti Cinta Lama Bersemi Kembali (CLBK) menjadi bukti bahwa cinta bisa muncul kembali, baik dengan orang yang sama maupun dengan pasangan baru. Namun, apakah itu benar-benar cinta sejati, atau hanya ilusi dari kebutuhan emosional?
Ketidakpastian dalam hubungan dapat memicu stres emosional yang serius. Beberapa individu mengalami kesulitan dalam menetapkan pilihan, sehingga berulang kali terjebak dalam hubungan yang tidak menentu.
Ketidakpastian ini juga dapat berdampak pada kesehatan mental. Studi dari American Psychological Association (APA) menunjukkan bahwa individu yang mengalami hubungan putus-nyambung cenderung lebih rentan terhadap kecemasan dan depresi dibanding mereka yang memiliki hubungan stabil.
Dalam budaya modern, memiliki banyak pengalaman asmara sebelum menikah dianggap sebagai bagian dari eksplorasi diri. Namun, apakah hal itu justru mengaburkan makna cinta sejati?
Menurut survei yang dilakukan oleh Lembaga Riset Sosial Indonesia pada 2024, sekitar 65% responden percaya bahwa pengalaman asmara yang beragam membantu mereka memahami apa yang sebenarnya mereka inginkan dalam pasangan. Namun, 35% lainnya merasa bahwa terlalu banyak pengalaman asmara justru membuat mereka sulit untuk berkomitmen.
Setiap individu mengalami perjalanan cinta yang berbeda. Ada yang langsung menemukan pasangan hidupnya, ada pula yang harus melewati berbagai hubungan sebelum menemukan yang tepat.
Pada akhirnya, cinta sejati bukan sekadar perasaan sesaat, melainkan keputusan dan usaha bersama. Apakah Anda percaya bahwa cinta sejati hanya terjadi sekali, ataukah itu hanyalah mitos yang terus dipertahankan oleh budaya dan harapan sosial?
Pewarta : Wilhelmus avin